http://riaumandiri.co/news/detail/5643/lahirkan-pendidik-profetik.html
Lahirkan
Pendidik Profetik
Oleh: Mochammad Sayyidatthohirin
Demisioner Sekum HMI Komtar Walisongo; Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo Semarang
Ungkapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, bahwa pendidikan
Indonesia saat ini berada dalam kondisi gawat darurat sudah tepat. Pasalnya, menurut
data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang dilansir di New York (1/3/2011), pendidikan
Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara di dunia dengan indeks
pembangunan pendidikan atau education development index (EDI)
berdasarkan data tahun 2008, yakni 0,934. EDI dikatakan tinggi jika mencapai
0,95-1. Sedangkan dalam Programme for International Assessment (PISA),
pendidikan Indonesia menempati posisi ke-64 dari 65 negara.
Fakta tersebut bisa dikatakan sungguh miris dan memprihatinkan. Ibarat
dalam dunia kedokteran, pendidikan Indonesia sedang mengidap “penyakit kronis”.
Padahal, jumlah sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat melimpah.
Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS melalui Biro Sensusnya (6/3/2014), jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2014 merupakan terbanyak ke empat di dunia sebanyak
253, 60 juta jiwa. Sedangkan berdasarkan data Statistik Indonesia tahun 2014,
pada tahun 2012/ 2013 jumlah guru sebanyak 55.208, 30.
Namun dengan jumlah sebanyak itu, sejak proklamasi kemerdekaan
hingga sekarang, bangsa Indonesia masih belum berhasil “menyelamatkan”
pendidikannya dari jurang keterpurukan. Dengan sejumlah menteri pendidikan
sejak rezim Sukarno hingga SBY belum ada satu pun yang mampu mendongkrak
kualitas pendidikan bangsa ini hingga ke level atas. Bahkan, kualitas
pendidikan Indonesia berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia. Padahal,
dahulu banyak warga asing termasuk Malaysia menuntut ilmu di Indonesia. Akan
tetapi kini justru kondisi menjadi terbalik.
Maka, itu menjadi PR (baca: tantangan) berat bagi pemerintahan
Jokowi bagaimana dia bersama dengan Menteri Pendidikannya harus mampu menjadikan
pendidikan Indonesia berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa maju
lainnya seperti Jepang, Amerika, dan China. Terlebih, sejak bulan Desember
mendatang akan diberlakukan sistem Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Otomatis,
itu akan menambah tantangan bagi bangsa Indonesia.
Agar kualitas pendidikan Indonesia segera maju dan unggul, maka
selain menuntut peran pemerintah juga dibutuhkan andil masyarakat, terutama
bagi warga kampus (baca: perguruan tinggi). Dalam konteks ini, salah satu hal yang
sangat menentukan tingkat kualitas pendidikan di negeri ini yaitu pendidik
(baca: guru atau dosen).
Salah satu solusi konkrit untuk mengatasi masalah pendidikan bangsa
ini yaitu agar para pendidik berusaha memiliki karakter dan spirit profetik
(kenabian) yang meliputi shidiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas). Ini
sebagaimana salah satu hadist nabi yang secara substansial menjelaskan bahwa
ulama’ (pendidik) merupakan pewaris para nabi. Dan dengan semua sifat itu, nabi
Muhammad SAW. telah berhasil membuktikan kepada seluruh umat manusia.
Pertama, shidiq. Sebagai seorang pendidik, memiliki sifat shidiq
menjadi suatu keniscayaan. Sebab, bermula dari sifat ini sang pendidik akan
dapat mendidik siswanya untuk bersifat jujur. Karena saking pentingnya sifat
ini, maka pendidik harus memberikan teladan terlebih dahulu sebelum memerintah
kepada para siswanya untuk berlaku jujur.
Kedua, amanah. Sifat kenabian ke-dua ini juga tidak kalah
penting agar dimiliki seorang pendidik. Pendidikan dipastikan akan gagal
dikarenakan pendidiknya tidak amanah, karena minim kecerdasan spiritual dan
merasa tidak memiliki tanggung jawab terhadap tugas utamanya.
Ketiga, tabligh. Setelah sifat pertama dan kedua dimiliki
seorang pendidik, selanjutnya sifat ketiga ini juga harus dimilikinya. Sebab,
dengan memiliki sifat ketiga ini secara utuh, maka akan membuka peluang besar
meraih keberhasilan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Keempat, fathonah. Adapun sifat keempat ini juga merupakan
sifat yang sangat urgen. Sebab, mustahil seseorang bisa menjadi pendidik
apabila tidak berilmu. Kalaupun jadi pendidik, pasti sistem pendidikan tidak
akan terealisasikan.
Semoga, keempat sifat kenabian tersebut segera dimiliki setiap
pendidik di republik tercinta ini. Dengan begitu, kualitas pendidikan Indonesia
akan maju dan menjadi taladan bagi bangsa lain. Wallahu a’lam bimurodihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar