Selasa, 11 Agustus 2015

Pentingnya Membudayakan Membaca (Dimuat di Koran Rakyat Jateng edisi 9 Agustus 2015)



 
Pentingnya Membudayakan Membaca
Oleh: Mochammad Sayyidatthohirin
Qari’ se-Jateng; Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo Semarang
Membaca merupakan satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saking urgennya, membaca ibarat “makanan pokok” bagi kita. Dimanapun dan kapanpun kita berada, kita dituntut agar tidak meninggalkan budaya membaca. Sebab, tanpa membaca, kita tidak akan dapat mengenal segala sesuatu di dunia ini.
Dengan kata lain, tanpa membaca kita akan “buta”. Jika kita “buta”, maka mustahil kita dapat melampaui target untuk mencapai suatu kesuksesan. Tarigan menjelaskan pentingnya membaca yaitu untuk memperoleh pesan yang selanjutnya digunakan oleh seseorang untuk disampaikan melalui tulisan. Dalam konteks ini, membaca menjadi aktifivitas yang sagat urgen bagi seorang penulis. Dengan kata lain, penulis diwajibkan untuk dapat membaca dan selanjutnya memahaminya untuk menghasilkan suatu tulisan yang berkualitas.
Secara umum, kita jangan sampai memaknai membaca dalam arti yang sangat sempit, yakni membaca yaitu proses mengambil informasi dari bacaan yang bersumber dari buku, kitab, koran, majalah, tabloid, atau sejenisnya. Pengertian itu selaras dengan teori Nuriadi yang secara substantif menjelaskan bahwa membaca itu identik dengan menggerakkan bola mata dengan menyelaraskan mental pada tulisan teks. Dalam hal ini, aktivitas membaca terfokus pada indera mata saja.
Padahal, jika kita mau merenungkannya, sebenarnya arti membaca memiliki makna yang sangat luas dan tidak terbatas karena melibatkan hampir seluruh indra kita yang meliputi penglihatan, perasa, penciuman, pembau, maupun lainnya. Sehingga, membaca dapat diartikan sebagai suatu aktivitas respon dari lingkungan sekitar yang selanjutnya dapat menghasilkan suatu pemahaman melalui kerjasama pikiran kita dengan indera terkait.
Berkaitan dengan perihal kita akan menghadapi dua tantangan besar sekaligus, yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan juga fenomena bonus demografi yang pada puncaknya akan terjadi pada tahun 2025 hingga tahun 2030, maka membudayakan membaca menajdi suatu kebutuhan. Sebab, untuk cerdas membaca, kita juga harus cerdas merespon hasil bacaan kita. Maka, otomatis kita dituntut untuk cerdas membaca masalah di sekitar kita. Dengan begitu, maka kita akan dapat mengambil semua hikmahnya dan ke depan kita akan dapat meminimalisir sutu masalah yang dapat terjadi.
Apabila kita pahami, sebagai umat nabi Muhammad SAW, substansi peristiwa penerimaan wahyu pertama kali yakni al-‘alaq antara Nabi Muhammad dengan malaikat Jibril di gua Hira’ pada masa lalu mencerminkan betapa pentingnya membaca. Hal itu dapat diketahui pada lima ayat pertama yang turun. Beliau diperintahkan oleh malaikat Jibril agar menirukannya dengan membaca kelima ayat itu. Dan permulaan kata pada ketiga ayat itu diawali dengan kata “iqro’” yang artinya adalah “bacalah”.
Ketiga permulaan ayat itu dapat dipahami sebagai suatu penekanan kepada seluruh umat manusia bahwa membaca menjadi satu hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Dapat kita bayangkan apa yang terjadi di dunia ini apabila manusia tidak dapat membaca. Dapat dipastikan dunia ini akan diselubungi dengan penuh kebodohan. Sebab pada dasarnya, tahap awal seseorang menguasai suatu ilmu pengetahuan yaitu melalui membaca. Baru setelah itu kita dapat mengembangkan ilmu kita agar dapat berkembang dan bermanfaat bagi umat manusia. Sehingga, fakta membuktikan, ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dapat berkembang pesat. Alhasil, berbagai tekonologi modern yang sangat canggih dapat kita nikmati, seperti gadget, internet, ataupun teknologi lainnya. Semua itu bermula dari proses membaca.
Urgensi membaca juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju, dapat diketahui dengan masyarakatnya yang gemar membaca. Bagi masyarakat maju, waktu satu detik menjadi waktu yang sangat berharga baginya. Sehingga, kapanpun dan dimanapun secara otomatis mereka selalu membaca. Membaca sudah mengakar di benak mereka. Sebab, dalam paradigma mereka, membaca menjadi kebutuhan primer paling mendasar bagi mereka. Sehingga, apabila mereka tidak membaca, maka mereka akan merasa “mati”.
Artinya, budaya membaca dapat membentuk peradaban suatu masyarakat menjadi maju. Buah dari membaca, manusia menjadi insan yang paling sempurna di antara semua makhluk ciptaan-Nya. Hal itu dapat kita pahami dengan kondisi masa kini. Yakni, berbagai teknologi modern merupakan buah dari membaca. Dengan semua teknologi itu, segala urusan kita menjadi lebih mudah dan lebih cepat terselesaikan. Karena itu, kita dapat menghemat waktu. Sehingga, kita dapat gunakan sisa waktu untuk melakukan tugas lain. Dengan begitu, yang mulanya kita dapat melakukan satu aktivitas dalam waktu satu jam, karena bantuan teknologi kita dapat menyelesaikan dua atau lebih aktivitas dalam satu jam.
Dengan  kata lain, membaca dapat mengantarkan manusia ke pintu kesuksesan melalui siklus efektifitas dan efisiensi waktu yang sebelumnya melalui berbagai instrumen tersebut. Mengetahui pentingnya membaca seperti itu, mari kita semua menjadikannya sebagai budaya sehari –hari kita. Kita harus mau merevolusi mental kita bahwa membaca bukan merupakan suatu kegiatan yang membosankan, melainkan merapkan suatu kegiatan yang sangat urgen dan menarik. Sebab, itu merupakan kebutuhan pokok kita. Untuk menjadi “orang besar”, kita harus memiliki visi besar pula. Dan kita akan dapat sukses meraihnya dengan rajin dan gemar membaca. Dengan begitu, kita akan menjadi bangsa yang “besar”, alias bangsa yang maju. Semoga!! Wallahu a’lam bi al-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar