http://www.koranwawasan.com/epaper.html
Bersinergi ‘Perangi’ Demam Berdarah
Oleh: Mochammad Sayyidatthohirin
Mahasiswa Peraih Beasiswa Bidikmisi FITK UIN Walisongo Semarang
Sebentar lagi, Indonesia akan sampai pada musim penghujan. Biasanya
di musim itu, akan muncul sejumlah penyakit musiman, di antaranya ialah
penyakit demam berdarah. Dalam hal ini, terutama penyakit demam berdarah dengue
(DBD), yang sangat mengancam kesehatan manusia. Bahkan, dapat menyebabkan
kematian. Maka, tak heran jika banyak orang yang ‘ketakutan’ penyakit tersebut,
terutama ketika ketika musim penghujan tiba.
Ya, hingga saat ini, penyakit demam bedarah dengue (DBD) masih
senantiasa menghantui masyarakat di seluruh dunia, khusunya bagi yang beriklim
tropis dan sub tropis seperti Indonesia yang secara geografis terletak di bawah
garis khatulistiwa. Penyakit tersebut termasuk salah satu jenis penyakit yang
cukup ‘ditakuti’ oleh seluruh masyarakat. Sebab, apabila penyakit itu telah
menginfeksi di tubuh seseorang, reaksinya cukup cepat. Saking bahayanya,
penyakit itu hingga dapat menyebabkan kematian pada si penderita.
Sebenarnya, penyakit demam berdarah bukan merupakan penyakit baru.
Di Indonesia, persebaran penyakit tersebut ditemukan pertama kali di Surabaya
pada tahun 1968, 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal. Sejak saat itu,
penyakit berbahaya itu mulai menyebar ke seluruh seantoro Indonesia. Dan korban
pun banyak yang berjatuhan hingga meninggal dunia. Parahnya, berdasarkan
catatan World Health Organization (WHO) pada tahun 1968 hingga 2009,
Indonesia menempati urutan pertama dalam kasus penderita penyakit DBD di Asia
Tenggara.
Sementara menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), meskipun dua
tahun terakhir kasus tersebut menurun dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya
yang mencapai 150 ribu kasus, jumlah korban di Indonesia masih menempati urutan
pertama di dunia. Sebab, pada dasarnya Negara-negara ASEAN secara umum
menempati ranking pertama di tingkat Internasional.
Trisno Heru Nugroho, Kepala Bagian Humas Rumah Sakit Umum
Pemerintah (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta menyebutkan bahwa selama bulan Januari
2015, ada enam korban demam berdarah dengue telah meninggal (tempo.co,
3/2/2015). Selain itu, tercatat ada 25 pasien demam berdarah yang dirujuk ke
rumah sakit tersebut. Angka itu menunjukkan peningkatan yang cukup signifkan
bila dibandingkan pada Januari tahun lalu yang hanya ada 12 pasien.
Oleh sebab itu, untuk tetap menjaga kesehatan kita semua, mari kita
tingkatkan kepekaan dan kepedulian kita sejak sekarang jauh hari untuk
senantiasa memberantas persebaran penyakit demam DBD bersama-sama. Hal itu
sangat penting. Saking pentingnya, bahkan dalam maqolah arab kuno disebutkan “al-nadhofatu
minal iman”, atinya, kebershan itu sebagian dari iman. Maka, persiapan ang
merupakan penjagaan kebersihan itu merupakan potret sebagian iman kita. Dengan
persiapan dalam waktu yang cukup lama, maka akan berpotensi dapat membuahkan
ahsil yang maksimal. Pun sebaliknya. Maka setidaknya ada beberapa hal urgen
yang harus segera kita lakukan sejak sekarang.
Pertama, membersihkan dan mentertibkan selokan/ gorong-gorong.
Langkah ini sangat penting, mengingat selokan/ gorong-gorong merupakan tempat
penampungan air limbah. Ketika tempat ini bersih tanpa ada sampah yang
menyumbat, maka air akan mengalir lancar. Sebab, jika ada sampah menyumbat, maka
akan menyebabkan sisa-sisa limbah air menggenang yang pada akhirnya dapat
berpotensi menjadi tempa tsarang nyamuk. Dan apabila ada selokan yang sudah
rusak, maka pemerintah setempat beserta masyarakat harus dapat segera bertndak
untuk memperbaiki sebelum musim penghujan tiba.
Kedua, ‘mengamankan’ sisa-sisa benda (sampah) seperti gelas aqua,
kaleng, atau sejenisnya, sehingga dapat meninggalkan air ketika terkena air
hujan. Mengamankan dalam konteks ini dapat diartikan dengan menyingkirkan,
mengubur, atau perlakuan yang lain. Yang terpenting, benda-benda tersebut tidak
bergeletakan di sembarang tempat yang dapat memberikan ruang air tergenang,
sehingga dapat berpeluang aka nada sarang nyamuk.
Hal itu tak kalah penting. Sebab, benda-benda itu yang pada
dasarnya dapat memberikan ruang bagi nyamuk untuk bersarang yang tidak hanya
bertempat di selokan-selokan, melainkan dimanapun benda-benda tersebut
bergeletakan.
Ketiga, menjaga kebersihan lingkungan. Maksudnya, kita semua harus
berperan aktif maupun pasif dalam membersihkan lingkungan sekitar kita.
Minimal, kita dapat menjaga kebersihan lingkungan sekeliling rumah kita. Adapun
bentuknya dapat beranekaragam, tergantung dari kondisi masing-masing warga.
Mulai dari sering dan rajin menguras bak mandi, membersihkan selokan, serta
‘mengamankan’ barang-barang bekas yang tidak bisa terurai seperti kaleng bekas,
plastik, aqua, atau barang bekas lain yang berpotensi dapat menampung air,
sehingga dapat dijadikan tempat sarang nyamuk.
Untuk dapat merealisasikannya dengan ringan, maka dibutuhkan
kerjasama yang kompak dari seluruh pihak secara kompak tanpa ada yang apatis, baik
pemerintah etempat maupun warga sekitar. Sebab, jika dilakukan bersama-sama,
maka untuk mewujudkannya akan terasa sangat ringan.
Dengan begitu, kita akan terbebas dari penyakit DBD. Alhasil, hidup
kita akan menjadi sehat, aman, nyaman, tentram. Semoga kita dapat bersinergi
melakukan pemberantasan nyamuk secara total guna membasmi penyebaran penyakit
DBD di repblik ini. Wallahu a’lam bi al-showab.