Kamis, 11 Juni 2015

Hantam Degradasi Moral dengan Mengaji (Koran Rakyat Jateng, Jum'at 12 Juni 2015)




Hantam Degradasi Moral dengan Mengaji
Oleh: Mochammad Sayyidathohirin
Qari juara 1 se-Jateng, Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo Semarang
Dewasa ini, kekuatan umat muslim tampak sangat lemah bila dibandingkan dengan kaum non-muslim. Terbuki, daratan wilayah Arab yang mayoritas berpenduduk muslim, kini berhasil dikotak-kotakkan oleh bangsa non-muslim melalui strategi sisem politik. Selain itu, stagnasi tradisi intelektual di kalangan muslim telah memperkuat bukti kelemahan umat muslim saat ini dalam aspek intelektual.
Bila kita cermati, sesungguhnya salah satu faktor utama munculnya fenomena itu ialah akibat serangan ‘westernisasi’ melalui berbagai aspek, baik politik, ekonomi, pendidikan, budaya, maupun aspek lainnya. Dan terlebih dari aspek budaya, untuk di wilayah Indonesia, sangat tampak unsur westernisasi dalam aspek budaya. Mulai dari model berpakaian yang membanggakan auratnya terbuka, minum-minuman keras, ‘kumpul kebo’, free sex, saling berpelukan dan berciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya, dan budaya ke-barat-an lainnya. Sehingga, kini moral generasi umat muslim khususnya di Indonesia kian mengalami degradasi.
Maka dari itu, kita sebagai umat muslim harus segera ‘melek’ dan berbenah diri untuk memulai berusaha membuka masa depan baru umat muslim guna meraih kejayaan kembali. Salah satu solusi konkrit untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan membumikan gerakan mengaji. Mengapa harus gerakan mengaji? Sebab, perlu diketahui bersama, kualitas muslim agar mampu mencapai atau meraih tingkat intelektual yang tinggi sehingga mampu berakarya seperti para cendekiawan muslim dahulu bermula dari menguasai kitab utama umat muslim, yakni al-Qur’an.
Selanjutnya, untuk dapat menguasainya, sebelumnya perlu dilakukan beberapa langkah bertahap. Langkah perama dan utama yakni mengaji, mengetahui  artinya, memahami maknanya, dan sebagainya. Dalam konteks ini, pembahasan yang perlu kita perdalam ialah langkah pertama, yakni mengaji.
 Mengingat urgennya mengaji, maka dari itu, menyemarakkan gerakan mengaji menjadi suatu keniscayaan bagi umat muslim bersama. Sebab masalahnya, akibat pengaruh westernisasi terutama dari aspek budaya dan teknologi, generasi muslim saat ini tampak enggan mengaji al-Qur’an. Jangankan mengaji, untuk memiliki al-Qur’an saja seolah tidak memiliki ghirah sedikitpun untuk itu. Alhadil, fenomena mengaji khususnya di saat setelah sholat maghrib di mushola-mushola pedesaan kini menjadi potret yang sangat langka.
Turunnya ayat pertama kepada baginda Nabi Muhammad SAW., yakni QS. Al-‘alaq: 1-5 menginformasikan kepada kita tentang pentingnya membaca. Sebab, bermula dari membaca, maka kita akan dapat menguasai berbagai macam ilmu. Dengan menguasai berbagai macam ilmu, maka tidak akan mustahil kita akan dapat menguasai segala kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini selaras dengan salah satu hadist nabi yang berbunyi “man arodad dunya fa’alaihi bil ilmi, man arodal akhirota fa;alaihi bil ‘ilmi, wa man arodahuma faalaihi bil ilmi”.
Secara subsantif, hadist tersebut menerangkan tentang betapa pentingnya ilmu. Ilmu menjadi kunci segala-galanya, bahkan untuk menguasai dunia. Penjelasan ini harus kita kontemplasikan secara mendalam. Sebab, mustahil seseorang bisa menajdi pemimpin suatu kelompok kecuali dengan ilmu. Membahas tentang pentingnya ilmu, kita patut mengingat satu firman Allah dalam QS. Al-Mujadalah: 11 yang intinya menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yag berilmu. Derajat dalam konteks ini bisa berupa macam-macam. Adakalanya jabatan, posisi, prestasi, maupun lainnya.
Mengetahui begitu pentingnya  ilmu, maka kita harus benar-benar memegang kuncinya, yakni dengan membaca. Dan mengaji merupakan realisasi atau wujud langkah perama keseriusan umat islam untuk mau membangktkan Islam kembali.  Sebab, dengan mengaji, maka kita akan tergugah untuk mengetahui artinya, memahai kandungan ayat-ayatnya, hingga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan.
Namun sayangnya, generasi muslim masa kini seolah telah terkelabuhi oleh berbagai macam ‘kenikmatan’ yang notabene merupakan produk barat seperti handphone, berbagai media sosial, dan lainnya yang sejatinya itu semua merupakan bentuk ‘penjajahan’ modern. Implikasinya, kini banyak generasi muda muslim malas untuk mengaji, apalagi mengkaji al-Qur’an. Mereka lebih gemar menonton TV setelah maghrib dari pada mengaji, main facebook, main game, ataupun lainnya. Selain itu, mereka lebih memilih untuk menonton pertunjukkan band/ dangdut dari pada mengikuti agenda pengajian. Lebih parahnya, mereka lebih gemar nongkrong di tempat-tempat umum seperti kafe, kucingan, atau tempat lainnya dengan orientasi yang tidak jelas.
Namun, jika kita sudah terlena dengan itu semua, maka kekuatan umat muslim akan benar-benar menjadi sangat lemah. Jika itu sampai terjadi, maka tidak mustahil umat muslim akan dihancurkan oleh kaum tidak bertanggung jawab dengan sangat mudah. Dan agama Islam pun akan tiba saatnya tinggal  kenangan dan nama saja.
Semoga, dengan memulai gerakan mengaji, mampu melahirkan generasi umat Islam yang unggul (hybrid) sehingga umat Islam akan menjadi umat yang kuat, terhormat, bermartabat, dan berintegritas guna meraih ridlo ilahi. Wallahu a’lam bi al-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar