Oleh: Mochammad Sayyidathohirin
Qari juara 1 se-Jateng, Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo
Semarang
Dewasa ini, kekuatan umat muslim tampak sangat lemah bila
dibandingkan dengan kaum non-muslim. Terbuki, daratan wilayah Arab yang
mayoritas berpenduduk muslim, kini berhasil dikotak-kotakkan oleh bangsa
non-muslim melalui strategi sisem politik. Selain itu, stagnasi tradisi
intelektual di kalangan muslim telah memperkuat bukti kelemahan umat muslim
saat ini dalam aspek intelektual.
Bila kita cermati, sesungguhnya salah satu faktor utama munculnya
fenomena itu ialah akibat serangan ‘westernisasi’ melalui berbagai aspek, baik
politik, ekonomi, pendidikan, budaya, maupun aspek lainnya. Dan terlebih dari
aspek budaya, untuk di wilayah Indonesia, sangat tampak unsur westernisasi
dalam aspek budaya. Mulai dari model berpakaian yang membanggakan auratnya
terbuka, minum-minuman keras, ‘kumpul kebo’, free sex, saling berpelukan
dan berciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya, dan budaya
ke-barat-an lainnya. Sehingga, kini moral generasi umat muslim khususnya di
Indonesia kian mengalami degradasi.
Maka dari itu, kita sebagai umat muslim harus segera ‘melek’ dan
berbenah diri untuk memulai berusaha membuka masa depan baru umat muslim guna
meraih kejayaan kembali. Salah satu solusi konkrit untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan membumikan gerakan mengaji. Mengapa harus gerakan
mengaji? Sebab, perlu diketahui bersama, kualitas muslim agar mampu mencapai
atau meraih tingkat intelektual yang tinggi sehingga mampu berakarya seperti
para cendekiawan muslim dahulu bermula dari menguasai kitab utama umat muslim,
yakni al-Qur’an.
Selanjutnya, untuk dapat menguasainya, sebelumnya perlu dilakukan
beberapa langkah bertahap. Langkah perama dan utama yakni mengaji,
mengetahui artinya, memahami maknanya,
dan sebagainya. Dalam konteks ini, pembahasan yang perlu kita perdalam ialah
langkah pertama, yakni mengaji.
Mengingat urgennya mengaji,
maka dari itu, menyemarakkan gerakan mengaji menjadi suatu keniscayaan bagi
umat muslim bersama. Sebab masalahnya, akibat pengaruh westernisasi terutama
dari aspek budaya dan teknologi, generasi muslim saat ini tampak enggan mengaji
al-Qur’an. Jangankan mengaji, untuk memiliki al-Qur’an saja seolah tidak
memiliki ghirah sedikitpun untuk itu. Alhadil, fenomena mengaji
khususnya di saat setelah sholat maghrib di mushola-mushola pedesaan kini
menjadi potret yang sangat langka.
Turunnya ayat pertama kepada baginda Nabi Muhammad SAW., yakni QS.
Al-‘alaq: 1-5 menginformasikan kepada kita tentang pentingnya membaca. Sebab,
bermula dari membaca, maka kita akan dapat menguasai berbagai macam ilmu. Dengan
menguasai berbagai macam ilmu, maka tidak akan mustahil kita akan dapat menguasai
segala kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini selaras dengan salah
satu hadist nabi yang berbunyi “man arodad dunya fa’alaihi bil ilmi, man
arodal akhirota fa;alaihi bil ‘ilmi, wa man arodahuma faalaihi bil ilmi”.
Secara subsantif, hadist tersebut menerangkan tentang betapa
pentingnya ilmu. Ilmu menjadi kunci segala-galanya, bahkan untuk menguasai
dunia. Penjelasan ini harus kita kontemplasikan secara mendalam. Sebab,
mustahil seseorang bisa menajdi pemimpin suatu kelompok kecuali dengan ilmu. Membahas
tentang pentingnya ilmu, kita patut mengingat satu firman Allah dalam QS.
Al-Mujadalah: 11 yang intinya menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat
orang yag berilmu. Derajat dalam konteks ini bisa berupa macam-macam.
Adakalanya jabatan, posisi, prestasi, maupun lainnya.
Mengetahui begitu pentingnya
ilmu, maka kita harus benar-benar memegang kuncinya, yakni dengan membaca.
Dan mengaji merupakan realisasi atau wujud langkah perama keseriusan umat islam
untuk mau membangktkan Islam kembali. Sebab,
dengan mengaji, maka kita akan tergugah untuk mengetahui artinya, memahai
kandungan ayat-ayatnya, hingga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber ilmu
pengetahuan.
Namun sayangnya, generasi muslim masa kini seolah telah terkelabuhi
oleh berbagai macam ‘kenikmatan’ yang notabene merupakan produk barat seperti handphone,
berbagai media sosial, dan lainnya yang sejatinya itu semua merupakan bentuk
‘penjajahan’ modern. Implikasinya, kini banyak generasi muda muslim malas untuk
mengaji, apalagi mengkaji al-Qur’an. Mereka lebih gemar menonton TV setelah
maghrib dari pada mengaji, main facebook, main game, ataupun
lainnya. Selain itu, mereka lebih memilih untuk menonton pertunjukkan band/
dangdut dari pada mengikuti agenda pengajian. Lebih parahnya, mereka lebih
gemar nongkrong di tempat-tempat umum seperti kafe, kucingan, atau tempat
lainnya dengan orientasi yang tidak jelas.
Namun, jika kita sudah terlena dengan itu semua, maka kekuatan umat
muslim akan benar-benar menjadi sangat lemah. Jika itu sampai terjadi, maka
tidak mustahil umat muslim akan dihancurkan oleh kaum tidak bertanggung jawab
dengan sangat mudah. Dan agama Islam pun akan tiba saatnya tinggal kenangan dan nama saja.
Semoga, dengan memulai gerakan mengaji, mampu melahirkan generasi
umat Islam yang unggul (hybrid) sehingga umat Islam akan menjadi umat yang
kuat, terhormat, bermartabat, dan berintegritas guna meraih ridlo ilahi. Wallahu
a’lam bi al-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar